9 Kesalahan Yang Banyak Dilakukan Content Writer

Share on facebook
Facebook
Share on whatsapp
WhatsApp
Share on linkedin
Linkedin
Share on email
Email
laptop-3289261_1280

Jika Anda seorang content writer, mungkin Anda pernah melakukan beberapa kesalahan. Tapi tak apa, kesalahan jadi cara terbaik untuk belajar, bukan?

Ketika kita membuat kesalahan satu kali, biasanya kita tidak mengulanginya kembali. Dan semakin berkurang waktu yang kita habiskan untuk mengoreksi kesalahan, semakin banyak waktu untuk menyelesaikan pekerjaan.

Berikut ini kesalahan umum yang content writer lakukan. Semoga  Anda bisa belajar dari kesalahan-kesalahan ini:

Merasa tidak bisa mengatasi writer’s block

Photo credit: Google

Beberapa orang merasa kalau writer’s block tidak bisa diatasi. Mereka menganggap tak ada yang bisa dilakukan hingga kondisi ini hilang dengan sendirinya.

Sebenarnya Anda bisa mengatasi writer’s block. Beberapa orang berdiri di atas kepala untuk mengatasinya, tapi ada juga tool yang bisa Anda gunakan.

Jika nanti Anda mengalami writer’s block, coba ubah mindset Anda. Jangan berpikir Anda tidak bisa menulis tapi Anda harus berpikir, “Ok, saya mengalami masalah ini, tapi saya akan berhasil mengatasinya.”

Tidak mengedit tulisan

Photo credit: Google

Anda perlu mengedit tulisan ketika kondisinya “sudah dingin.” Dengan kata lain, biarkan beberapa saat sebelum Anda kembali dan mengerjakan artikel itu kembali. Anda akan melihat dengan rasa penasaran, perspektif, dan pandangan yang berbeda.

Tidak semua orang suka dengan proses editing. Tapi proses editing mengubah sesuatu yang sudah bagus menjadi lebih bagus lagi. Ini yang Anda harus capai.

Tidak melakukan proofreading

Photo credit: Google

Setelah mengedit, Anda perlu lakukan proofreading. Mengedit berarti membuat perubahan besar pada konten. Proofreading adalah membuat perubahan kecil pada struktur kalimat dan ejaan.

Biasakan untuk tidak menerbitkan konten hingga diedit atau di-proofread setidaknya sebanyak 4 kali.

Tidak melakukan riset

Photo credit: Google

Anda mungkin penulis paling cerdas dan menguasai topik dengan baik, tapi Anda perlu lakukan sedikit riset tentang apa yang Anda tulis. Orang tidak tertarik dengan opini Anda, Anda perlu sertakan data, bukti, dan informasi lain yang mendukung pendapat Anda.

Menulis terlalu cepat atau terlalu lambat

Photo credit: Google

Tidak ada kecepatan menulis yang tepat. Tiap penulis harus menulis di rentang yang sesuai dan membiarkan kreativitas mengalir. Tapi, hati-hati bila kecepatan menulis Anda mempengaruhi kualitas tulisan. Bila Anda menulis terlalu cepat, Anda bisa mudah melakukan kesalahan, begitu juga ketika Anda menulis terlalu lambat.

Saat membaca, pikiran mengikuti informasi lebih cepat dibanding ketika menulis. Pikiran Anda dengan mudah memproses kalimat panjang ketika Anda menulisnya. Tapi bagi pembaca, yang matanya melakukan skimming di konten dengan kecepatan 300 kata per menit, tulisan Anda terasa lambat, membosankan, dan tidak menyenangkan.

Bila Anda menulis dengan cepat, otak bergerak mendekati kecepatan membaca normal. Tapi Anda masih harus memperhatikan kata, kalimat, dan struktur. Tapi di waktu yang sama, Anda bisa menuangkan pemikiran di cara yang lebih natural.

Mengetik bisa terlalu lambat atau terlalu cepat, dan sebenarnya bisa menghalangi proses menulis. Apa yang kita tulis adalah produk dari interaksi antara pikiran dan tool yang kita gunakan untuk mengungkapkannya.

Sebuah studi di tahun 2016 dari University of Waterloo menyebutkan kualitas tulisan akan menjadi lebih baik bila Anda mengetik lebih lambat. Apa ini berarti Anda perlu menggerakkan jari dengan lebih lambat atau mengetik dengan satu jari? Tidak perlu.

Tiap orang punya rentang kecepatan yang tepat. Konten berbeda membutuhkan kecepatan yang lebih lambat atau lebih cepat. Anda bergerak di rentang yang tepat untuk Anda.

Di beberapa situasi, ide Anda akan datang dengan sangat cepat. Anda harus mengetik secepat mungkin. Di kasus lain, Anda melakukan riset mendalam, mencari kata yang tepat, atau menulis topik yang sensitif. Di kondisi ini, menulis lebih lambat akan lebih baik.

Tidak memahami siapa pembaca tulisan Anda

Photo credit: Google

Bila Anda ingin menjadi penulis yang lebih baik, Anda perlu menjadi siswa yang lebih baik untuk pembaca Anda. Cukup sederhana, bukan?

Tulisan yang baik ada kaitannya dengan pembaca. Anda harus bisa memposisikan diri sebagai pembaca. Lakukan riset sebanyak mungkin dan dapatkan pemahaman sebanyak-banyaknya tentang pembaca potensial. Ingatkan diri Anda tentang orang yang membaca tulisan Anda tiap kali Anda menulis.

Tidak membuat outline sebelum mulai menulis

Photo credit: Google

Membuat kerangka tulisan, ini mengingatkan kita pada pelajaran di sekolah dulu. Tapi ini tidak akan terlalu rumit. Proses membuat kerangka tulisan cukup dengan membuat struktur artikel Anda.

Untuk membantu Anda dalam menulis dengan jelas dan cepat, Anda perlu lebih dulu membuat kerangka tulisan. Pertama, tulis pendahuluan dan kesimpulan. Ini membantu Anda memandu pembahasan penting dan merangkumnya.

Anda bisa buat outline dalam bentuk bullet point. Tujuannya adalah menulis hal-hal yang penting. Outline Anda tidak harus dalam kalimat lengkap karena Anda masih di tahap membuat kerangka. Dengan membuat outline, tulisan Anda bisa dibaca lebih jelas.

Tidak mengoptimasi konten untuk SEO

Photo credit: Google

Anda bisa terapkan taktik SEO di artikel. Bila Anda bekerja sebagai content writer freelance, maka Anda perlu tahu sedikit tentang SEO karena memenuhi kebutuhan mesin pencari akan membuat peringkat Anda lebih tinggi di hasil pencarian. Dan tentu tiap orang ingin artikel mereka masuk peringkat atas.

Perhatikan poin berikut dalam mengoptimasi artikel yang Anda tulis:

  • Lakukan riset kata kunci atau topik sebelum menulis
  • Tempatkan kata kunci pada judul, meta deskripsi, paragraf pertama, dan H2
  • Buat URL yang pendek dan user friendly
  • Gunakan link yang tepat baik internal maupun eksternal
  • Gunakan gambar yang sangat relevan.

Menerbitkan tulisan lalu melupakannya

Photo credit: Google

Ini ibarat meluncurkan produk dan tidak memberitahu orang kalau Anda punya produk yang bagus. Anda perlu manfaatkan media sosial untuk mempromosikan apa yang Anda tulis.

Anda perlu promosikan konten di saluran media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, LinkedIn, dan sebagainya. Media sosial adalah tempat pembaca berada. Ini jadi tempat dimana orang menghabiskan sebagian besar waktu mereka.

Ingat, kenali audiens sebelum Anda memposting dan membagikan konten. Dan setelah artikel terbit, pastikan Anda tidak mengabaikan komentar baik yang positif maupun yang negatif. Anda perlu merespon keduanya.

40 Hari Menghasilkan Satu Naskah Buku Siap Terbit. Kursus atau training menulis yang dilakukan secara online, yang terbukti dan akan membantu Anda menghasilkan satu naskah buku siap terbit dalam waktu 40 hari bahkan kurang.

Di 40 Hari Menghasilkan Satu Naskah Buku Siap Terbit, Anda bisa belajar cara yang tidak biasa namun efektif untuk menghasilkan naskah buku, serta mengetahui penyebab kenapa penulis-penulis pemula tidak mampu menulis naskah dengan cepat.

Share This Article

Share on facebook
Facebook
Share on whatsapp
WhatsApp
Share on linkedin
Linkedin
Share on email
Email
There are currently no comments.

PT. RATAKAN MEDIA KREASI

Perum Gentan Citra Indah Blok H-6 

RT. 03 RW. 14, Sukoharjo, JAWA TENGAH 57556 Indonesia

[email protected]