Pilih Jadi Reseller atau Dropshipper? Ini 7 Perbedaanya

Share on facebook
Facebook
Share on whatsapp
WhatsApp
Share on linkedin
Linkedin
Share on email
Email
Pilih Reseller atau Dropshipper

Pilih Jadi Reseller atau Dropshipper? Sebelum memutuskan untuk memilih, pastikan Anda harus tahu dan paham betul apa perbedaan di antara 2 cara jualan tersebut.

Setelah Anda tahu dan paham perbedaan Reseller dan Dropshipper, kemudian Anda bisa memilih salah satunya.

Satu hal yang pasti, keduanya sama-sama aktivitas yang berkaitan dengan jual beli barang (dagang). Tetapi ada beberapa perbedaan dari keduanya.

Nah, Penasaran Apa Saja Perbedaan antara Reseller dan Dropshipper?

Yuk, simak perbedaan keduannya dari beberapa sudut pandang di bahasan berikut ini.

Baca Juga : 8 Tips Sukses Bisnis Kos-Kosan yang Membuat Anda Kaya

1. Cara Kerja Jualan

Reseller adalah orang yang menjual kembali barang yang sudah ia beli dari orang lain. Asal katanya dari Bahasa Inggris Resell yang artinya menjual kembali.

Dari definisi tersebut, bisa kita pahami bahwa untuk menjadi reseller kita harus membeli barang dulu dari orang lain. Reseller membeli barang dulu dari suplplier atau distributor untuk kemudian dijual lagi ke konsumen.

Sedangkan dropshipper adalah orang yang berjualan dengan sistem dropship. Apa itu dropship?

Dropship adalah sistem jual beli di mana dropshipper tidak perlu membeli barang terlebih dahulu agar bisa jualan. Inilah perbedaan utama antara Reseller dan Dropshipper.

Image Source : Google Image

Tugas dropshipper hanyalah PROMOSI barang saja ke konsumen. Ketika terjadi penjualan, maka dropshipper akan meneruskan transaksi penjualannya ke supplier dan supplier yang akan mengirim barang tersebut ke konsumen.

Setiap terjadi penjualan tersebut, dropshipper dapat komisi penjualan. Bisa dikatakan dropshipper ini seperti makelar. Sepintas menjadi dropshipper lebih mudah dari pada menjadi reseller.

Baca Juga : Passive Income dari Bisnis Kos-Kosan, Mau Tahu Rahasianya?

Bagaimana? Sudah jelas kan ya perbedaan cara kerja Reseller dan Dropshipper. Jika belum paham, Anda bisa membaca lagi perbedaannnya di atas.

2. Stok Produk

Image Source : Google Image

Stok produk ini menjadi perbedaan paling mendasar antara Reseller dengan Dropshipper. Menjadi reseller perlu menyediakan stok barang dengan membeli dulu dari supplier atau distributor.

Biasanya pembelian dilakukan dalam jumlah yang cukup besar, agar mendapatkan harga beli yang lebih murah. Dengan demikian, reseller bisa mendapatkan margin (profit) yang semakin besar.

Sedangkan ketika menjadi seorang dropshipper, Anda tidak perlu menyediakan stok produk sendiri. Artinya tidak perlu keluar modal untuk beli barang terlebih dahulu.

Fokus dropshipper hanyalah promosi atau mencari konsumen sebanyak-banyaknya. Ketika ada orderan, dropshipper langsung meneruskan orderan tersebut dan detail pengiriman barang ke supplier.

Kemudian supplier yang melakukan packing-packing barang hingga proses pengiriman barang ke konsumen (pembeli).

Baca Juga : Bisnis Ini Bisa Bikin Kamu Kaya, Ini 5 Alasannya

3. Modal

Image Source : Google Image

Menurut Anda, kira-kira manakah yang memerlukan modal lebih besar? Yups, betul sekali. Menjadi reseller lebih besar modalnya dari pada menjadi dropshipper.

Seperti yang sudah dibahas di materi sebelumnya, reseller perlu membeli barang dulu sebelum berjualan. Semakin banyak barang yang dibeli, semakin besar modal yang dikeluarkan.

Sementara itu, menjadi dropshipper modalnya cukup pulsa atau paket data internet saja. Dan paket data internet di era digital seperti sekarang sudah bisa kita katakan sebagai kebutuhan wajib hampir setiap orang.

Jadi, menjadi dropshipper bisa kita katakan tidak memerlukan modal sama sekali.

Sampai di sini bagaimana kesan Anda? Milih menjadi reseller atau dropshipper? Sudah mulai tergambar kan ya…hehe.

Oke, biar pilihannya makin yakin, yuk lanjutt …

Baca Juga : Ini Cara Bikin Landing Page Keren dengan Blog Gratisan

4. Resiko

Image Source : Google Image

Menjadi reseller memiliki resiko yang lebih besar daripada dropshipper. Sebab, ia menyimpan stok barang secara fisik dan sudah keluar modal untuk membeli barang.

Ketika misalnya barang yang dijual tidak laku, maka kerugian pasti dialami.

Sedangkan menjadi dropshipper bisa dikatakan tidak ada resiko sama sekali. Dengan catatan, Anda promosinya menggunakan cara gratisan. Misalnya promosi manual di Instagram, Facebook, Whatsapp, marketplace, dll.

Selain itu, dropshipper bisa dikatakan tidak ada resiko dikarenakan tidak keluar modal untuk membeli barang dan juga tidak menyimpan stok barang.

Meski demikian, ketika Anda sebagai dropshipper mempromosikan produk menggunakan cara berbayar, seperti misalnya iklan di Facebook Ads atau Google Ads, resiko kerugian tetap ada.

Artinya ketika Anda sudah keluar uang untuk beriklan di Facebook Ads atau Google Ads dan ternyata tidak ada penjualan sama sekali, maka Anda akan rugi.

Atau ketika sudah promosi berbayar tetapi penjualannya sedikit dan profitnya tidak lebih besar dari biaya iklan, Anda juga akan rugi.

Baca Juga : Tips Dahsyat untuk Mengotomatisasi Marketing di Facebook

5. Profit

Image Source : Google Image

Membahas terkait profit (keuntungan) menjadi hal menarik, karena ternyata besarnya usaha mempengaruhi hasil.

Menjadi reseller yang memerlukan modal lebih besar, biasanya untungnya juga lebih besar dari dropshipper.

Mengapa reseller bisa untung lebih besar?

Karena ketika membeli stok barang dengan jumlah besar, reseller akan mendapatkan harga yang lebih murah dan bisa menjual dengan harga mahal (margin gedhe) semaunya dia. Artinya reseller bebas menentukan harga jual barang semaunya sendiri.

Perlu dicatat juga, penghasilan reseller itu dari Profit Penjualan barang. Sedangkan dropshipper mendapatkan penghasilan dari hasil Komisi Penjualan. Jadi beda ya sumber penghasilannya.

Dari situ sudah terlihat bahwa penghasilan dari profit penjualan biasanya lebih besar dari komisi penjualan.

Dropshipper biasanya untungnya lebih kecil dari reseller. Sebab, biasanya supplier sudah menentukan secara pasti berapa komisi yang akan didapatkan setiap terjadi penjualan.

Selain itu, harga jual barang juga supplier yang menentukan, sehingga dropshipper tidak bisa menentukan besarnya profit maupun komisi semaunya sendiri.

Baca Juga : Nggak Nyangka Bisa SEKEREN Ini, Padahal Platform Gratisan 

6. Cara Promosi

Reseller bisa promosi secara offline maupun online. Bisa buka toko fisik sendiri karena memiliki stok produk.

Bisa juga promosi secara online via berbagai channel pemasaran, seperti marketplace, toko online, Instagram, Facebook, dll.

Sedangkan dropshipper promosinya hanya secara online saja, karena tidak punya stok produk sendiri. Ia hanya membantu promosi produk orang lain (supplier) secara online menggunakan gambar / foto produk.

Promosi secara online bisa dilakukan via berbagai channel pemasaran, seperti marketplace, toko online, Instagram, Facebook, Whatsapp, dll.

7. Lebih Praktis dan Mudah Mana?

Lebih praktis dan mudah mana antara Reseller dan Dropshipper?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, coba kita bandingkan aktivitas-aktivitas apa saja yang perlu dilakukan oleh keduanya.

Aktivitas Reseller :

  • Perlu beli barang dulu (perlu modal),
  • Perlu stok barang,
  • Perlu packing-packing barang,
  • Perlu antar barang ke kurir / jasa ekspedisi

Baca Juga : Woow, Ini Cara Bikin Toko Online Gratis di Facebook

Aktivitas Dropshipper :

  • Tidak perlu beli barang dulu (tidak perlu keluar modal),
  • Tidak perlu stok barang,
  • Tidak perlu packing-packing barang,
  • Tidak perlu antar barang ke kurir / jasa ekspedisi

Ternyata akivitas keduanya saling bertolak belakang. Sepintas terlihat bahwa menjadi Dropshipper lebih praktis dan mudah daripada menjadi Reseller.

Tetapi tunggu dulu, jangan ambil kesimpulan dulu. Meski sepintas menjadi Dropshipper lebih praktis dan mudah daripada menjadi Reseller, ternyata ada juga kelebihan menjadi Reseller daripada Dropshipper.

Penasaran Apa Kelebihan Reseller? Ini dia ….

Kelebihan Menjadi Reseller :

a. Reseller cepat mengetahui jumlah stok barang, karena punya barang fisiknya.

Dropshipper bagaimana? Perlu nanya-nanya dulu ke supplier dan itu butuh waktu.

b. Reseller bisa mengetahui informasi atau spesifikasi barang lebih banyak, seperti warna, ukuran, bahan, dll.

Dengan demikian, reseller bisa lebih tanggap ketika ada pertanyaan dari calon pembeli.

c. Reseller bisa menjual barang secara online dan bisa juga menjual secara offline di toko fisik sendiri. Dropshipper tidak bisa menjual barang di toko offline sendiri.

d. Margin / Profit yang didapatkan reseller lebih besar daripada dropshipper

Baca Juga : Bikin Ribuan Artikel Cuma Sekali Tulis, Emang Bisa? 

Oke Ratakaners, itulah perbedaan-perbedaan antara Reseller dengan Dropshipper dilihat dari 7 sudut pandang, yaitu Cara Kerja, Stok Barang, Modal, Resiko, Profit, Cara Promosi dan Segi Kepraktisan.

Sampai di sini bagaimana pendapat Anda? Milih jadi reseller atau dropshipper? Jawab di komentar ya. 😀

Menurut pendapat penulis begini …

Bagi Anda yang masih pemula dan belum punya pengalaman jualan sama sekali, menjadi dropshipper menjadi pilihan yang lebih baik.

Sebab, menjadi dropshipper mudah dilakukan dan minim resiko, serta tidak perlu modal besar. Anda cukup mendaftar ke supplier yang membuka sistem dropship dan mulai jualan online.

Nah, nanti ketika Anda sudah punya pengalaman yang sukup sukses dalam berjualan online dan punya modal lebih, bisa memulai menjadi reseller.

Sudah tidak sabar untuk mulai jualan online?

Selain menjadi reseller dan dropshipper, ternyata masih ada bisnis online yang jauh lebih mudah dari keduanya.

Apa Itu? Mau tahu caranya? KLIK DI SINI!

Berikut Video Perbedaan Reseller dan Dropshipper :

Share This Article

Share on facebook
Facebook
Share on whatsapp
WhatsApp
Share on linkedin
Linkedin
Share on email
Email

PT. RATAKAN MEDIA KREASI

Perum Gentan Citra Indah Blok H-6 

RT. 03 RW. 14, Sukoharjo, JAWA TENGAH 57556 Indonesia

[email protected]